Haltersebut merujuk kepada sebuah konsep hierarki ruang yang terdiri dari 3 zona yaitu utama, madya dan nista. Konsep Tri Angga pada kehidupan sehari-hari masyarakat Bali diimplementasikan dalam setiap wujud fisik arsitektur, kompleks tipikal kompleks hunian, teritorial desa hingga teritorial kawasan.
Lebihluas lagi, akibat pandemi Covid-19, adaptasi desain arsitektur akan terjadi pula pada skala yang lebih besar seperti kantor, rumah sakit, bahkan lansekap kota. Untuk desain kantor, ke depannya, kebutuhan ruang pastinya akan lebih besar karena jarak antara pekerja harus diutamakan serta keberadaan ruang terbuka juga perlu dioptimalkan.
Siapasangka dengan konsep arsitektur tematik ini, permasalahan lantai bisa diselesaikan dengan lebih mudah. Karena desain bangunannya bisa dibuat unik meski medannya tidak begitu luas. Bahkan dimungkinkan untuk berdiri di area yang sangat sempit. Solusinya adalah memperbanyak ruang, mempersempit medan tetapi ingin memiliki hunian yang unik dan
Konseparsitektur organik pada bangunan ini bisa dilihat dari rancang interior yang menyerupai bentuk pohon. (Foto: scjohnson.com) Desain kolom pada ruang kerja utama di Gedung Administrasi SC Johnson disebut Dendriform oleh Wright. Gedung ini memiliki bentuk unik yang menyerupai bentuk pohon atau dasar bunga bakung berdiameter 9 inci (23cm) di
Temuandari penelitian ini mendapatkan bahwa banguna Cite a Docks telah menetapkan konsep arsitektur modular, baik secara kualitas setiap modul ruang ataupun pada struktur bangunan. Setiap ukuran
e8c6v. Sumber Facts of Bali Arsitektur Bali muncul dan berkembang dengan segala aturan-aturan transisional yang diwarisi sejak zaman dahulu hingga sekarang. Masuk dalam jenis arsitektur vernakular, Arsitektur Bali didesain oleh masyarakat berdasarkan kearifan lokal. Bangunan-bangunannya pun menggunakan bahan-bahan lokal termasuk bagian struktur, finishing, hingga dekorasi. Pada zaman abad ke-8 hingga ke-16 pengaruh gaya arsitektur Hindu dan Budha klasik banyak dijumpai pada bangunan candi-candi di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Tak heran kalau bangunan tradisional Bali memiliki unsur yang unik. Hal itu karena perpaduan dari pengaruh Hindu Budha dan masyarakat Jawa Aboriginal yang berdiam di Bali kala itu. Pada masa awal, arsitektur Bali menggunakan pedoman utama berupa prinsip Kaja-kelod. Kaja berarti meghadap di mana gunung berada, sementara kelod berarti menghadap di mana laut berada. Konsep mistis Kaja-kelod ini sering kali dipakai pada perencanaan penempatan bangunan rumah atau pura desa. Bangunan yang bersifat suci diletakkan di bagian kaja, sedangkan bangunan biasa diletakkan di bagian kelod. Pura keluarga biasanya ditempatkan di bagian kaja, sedangkan rumah tempat tinggal di bagian kelod. Baca Juga Kenalan dengan Arsitektur Vernakular Beserta Ciri-ciri dan Contohnya Filosofi desain pada bangunan Bali berpusat pada tradisi Hindu Bali yang melandasi sebagian besar karya arsitektur. Berikut adalah beberapa konsep penting dalam arsitektur Bali yang perlu diketahui Tri Hata Karana Tiga bentuk hubungan yang harmonis dan keseimbangan antara 3 unsur kehidupan, yaitu kepada Tuhan, sesama manusia dan kepada alam semesta. Tri Mandala Tiga bagian zonasi sesuai fungsi dan prioritas. Sanga Mandala Sembilan Zona yang merupakan persilangan konsep Tri Mandala Tri Loka Tiga tingkatan ruang yang dihubungkan dengan konsep tiga alam yang berbeda Tri Angga Tiga bagian bangunan yang harus ada dalam fasad, yaitu kepala, badan dan kaki Asta Kosala Kosali Aturan merancang bangunan sesuai fungsi dan peruntukan, juga berisi tentang pemilihan bahan, perhitungan, ukuran, antropologi, dll Manik Ring Cecupu Konsep keharmonisan skala antara manusia sebagai penghuni dan bangunan sebagai wadah Bah-Bangun Konsep keseimbangan antara tinggi dan lebar atau dalam arsitektur modern kita kenal dengan istilah d/h. Masyarakat Bali hidup dengan berlandaskan Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan. Oleh karena itu, orang Bali sangat percaya bahwa mereka hidup di dunia untuk menciptakan Hita kebahagiaan di bumi. Mereka selalu membangun hubungan yang baik kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan, sesama manusia, dan juga alam semesta. Dengan membangun hubungan baik ke tiga arah ini, maka dapat menimbulkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup. Pembagian Zonasi Rumah dalam Arsitektur Bali Konsep Tri Hita Karana ini diterapkan di sebagian besar bidang kehidupan termasuk arsitektur. Orang Bali percaya bahwa rumah bukan hanya untuk tempat tinggal manusia. Namun juga Sthana untuk Manifestasi Tuhan sebagai Dewa-Dewi dan tempat untuk hewan peliharaan dan tumbuh-tumbuhan di taman. Harmoni tiga unsur ini yang membuat arsitektur bali selalu membagi rumah menjadi tiga bagian utama, yaitu Sanggah atau Merajan Sumber “Sanggah” atau “Merajan” merupakan area yang disucikan, terdapat Pelinggih tugu sebagai kiblat sembahyang kehadapan Tuhan dan untuk menghormati para leluhur. Bale “Bale” merupakan sebutan untuk bangunan fungsional tempat beraktivitas yang dibagi menjadi empat, yaitu Bale Daja di Utara, Bale Dangin di Timur, Bale Delod di Selatan dan Bale Dauh di Barat. Natah Sumber “Natah” adalah ruang kosong di tengah rumah sebagai tempat berkumpul, tempat membuat taman, dan kolam. Pada halaman belakang rumah biasanya terdapat “Tebaa” yang merupakan area untuk menempatkan hewan peliharaan. Baca Juga 11 Gambar Rumah Minimalis Arsitektur Modern Mau Pilih yang Mana? Rumah tradisional Bali biasanya akan dipecah menjadi bangunan bale-bale. Satu pekarangan rumah bisa berisi empat hingga enam bangunan utama sehingga rumah tradisional memerlukan lahan yang luas. Namun rumah tradisional biasanya tidak dihuni oleh satu kepala keluarga, namun satu keluarga besar. Selain itu, di setiap arsitektur rumah Bali selalu terdapat pura kecil dan patung di di bagian depan hunian. Nah, hal itu sengaja dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhurnya yang telah meninggal. Selain itu, pura dihadirkan untuk menjunjung tinggi hubungan manusia dengan sang Pencipta. Jangan lupa kunjungi untuk dapatkan artikel menarik lainnya seputar properti. Kamu juga bisa mencari properti yang sesuai kebutuhanmu seperti Springhill Yume Lagoon hanya di
Foto Motomo Karya Persada Beberapa penelitian menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam dapat berujung pada kepunahan massal ke-6 di planet ini. Sebagai salah satu cara untuk mengatasinya, dibuatlah bangunan berkelanjutan dengan memakai konsep arsitektur hijau. Lalu, apa itu arsitektur hijau? Singkatnya, arsitektur hijau adalah sebuah konsep yang berusaha meminimalisasi perusakan terhadap lingkungan. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang ramah lingkungan lewat pemanfaatan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien. Meskipun memiliki embel-embel berkelanjutan, konsep arsitektur ini tidak berarti meninggalkan semua kemajuan yang telah kita nikmati di abad ke-21. Konsep ini justru merangkul teknologi baru untuk membawa dampak yang lebih positif kepada alam sekitar. Prinsip Arsitektur Hijau dalam Bangunan Foto Unsplash Saat dunia bermigrasi menuju masa depan yang berkelanjutan, arsitek pun berlomba-lomba membuat bangunan yang ramah lingkungan. Untuk mewujudkannya, desain tersebut berpedoman pada beberapa prinsip arsitektur hijau di bawah ini Efisien dalam Menggunakan Energi Prinsip pertama adalah efisiensi energi, di mana contoh penerapannya adalah pemanfaatan sumber energi alternatif dan berkelanjutan seperti angin dan matahari. Bangunan hijau juga dibuat dengan desain yang menjaga aliran udara dan pencahayaan alami untuk mengurangi kebutuhan pemanas dan penyejuk udara. Bicara soal efisiensi energi, rumah di Springhill Yume Lagoon dan Podomoro Golf View juga menawarkan konsep serupa. Jika kamu sedang mencari hunian bergaya modern dan ramah lingkungan di dekat Jakarta, bisa cek dua perumahan tersebut. Mengurangi Pemakaian Air Bangunan yang berkelanjutan juga berusaha untuk menjaga ekologis demi melindungi kualitas air di sekitar bangunan. Prinsip ini memastikan bahwa air digunakan, dimurnikan, dan digunakan kembali selama masa konstruksi bangunan. Efisien dalam Penggunaan Lahan Efisiensi penggunaan lahan berkaitan dengan desain arsitektur yang mendorong pengembangan bangunan secara kompak dan lebih fungsional. Secara khusus, prinsip ini bertujuan untuk mencegah degradasi lahan selama konstruksi. Lebih luas lagi, prinsip ini juga membantu konservasi sumber daya alam, peningkatan kualitas air dan udara, serta melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Baca juga Syarat Rumah Hijau untuk Hidup Lebih Sehat Biaya Pembangunan dan Perawatan yang Lebih Rendah Biaya operasional dan konstruksi dari sebuah bangunan terbukti cukup tinggi dan menuntut material bangunan dalam jumlah besar. Untuk itu, desain bangunan hijau memfasilitasi penggunaan bahan dan teknik konstruksi yang dapat mengurangi biaya tersebut hingga lebih dari setengahnya. Prinsip ini juga memprioritaskan penggunaan tanaman dan bahan-bahan daur ulang seperti batu hingga logam. Menjamin Kualitas Lingkungan dalam Ruangan Sudah tentu kalau bangunan hijau akan mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pembangunannya. Tak hanya itu, arsitektur hijau juga berusaha untuk menjaga kualitas lingkungan di dalam ruangan. Perancangan hunian atau bangunan publik dengan konsep ini akan melibatkan desain interior yang nyaman dengan sistem ventilasi yang baik. Salah satu contohnya bisa ditemukan di Grand Wisata Bekasi, yang menyajikan rumah full furnished dengan desain interior apik dan ramah lingkungan. 9 Ciri Bangunan Hijau yang Wajib Diketahui Foto When On Earth Nah, jika sebelumnya kita membahas prinsip-prinsip dari konsep arsitektur hijau, sekarang saatnya melihat beberapa karakteristik dari bangunan berkelanjutan Bangunan hijau tidak dibangun di atas lokasi seperti pinggiran hutan atau kawasan yang mudah longsor atau banjir. Terintegrasi dengan angkutan umum demi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Melindungi dan memelihara habitat alami, mengurangi polusi dan penggunaan sumber daya alam, serta memfasilitasi interaksi dengan alam. Penggunaan air yang efisien. Mengurangi konsumsi energi dan lebih mengutamakan energi terbarukan. Memakai sistem daur ulang, menggunakan bahan yang berkelanjutan, dan menghemat sumber daya sebanyak mungkin selama konstruksi. Meningkatkan kualitas ruang bagi penghuni bangunan, seperti menjaga kebersihan udara, kontrol panas, hingga mengurangi polusi suara. Bangunan berkelanjutan biasa mengadopsi desain yang inovatif selama konstruksinya. Meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus kesehatan masyarakat yang ada di sekitarnya. Cara Mudah Menerapkan Konsep Hijau ke Dalam Hunian Foto Unsplash Seperti diketahui, bangunan hijau atau berkelanjutan adalah bangunan yang dapat mempertahankan, atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya. Beberapa contohnya dapat ditemukan di Indonesia, misalnya Sampoerna Strategic Square dan Gedung DUSASPUN. Sejujurnya, kamu juga dapat menerapkan konsep satu ini ke dalam hunian. Beberapa caranya adalah Gunakan material alami seperti batu bata, kayu dan bambu. Alih-alih memakai material plastik, manfaatkakan material daur ulang dalam ornamen dan furniture rumah. Tambah bukaan jendela untuk memaksimalkan udara dan pencahayaan alami. Perbanyakan vegetasi hijau di rumah. Bisa dengan menaruh tanaman dalam rumah atau membuat urban farming dan taman vertikal. Kurangi penggunaan kaca karena efek rumah kaca memiliki dampak negatif bagi kelestarian alam. Pertimbangkan memakai panel surya sebagai sumber energi cadangan. Setiap orang dapat memperoleh manfaat dari pengurangan konsumsi energi dan peningkatan ruang yang diciptakan oleh arsitektur hijau. Temukan juga beragam pilihan hunian sehat dan ramah lingkungan hanya di Rumah123, seperti perumahan hijau, rumah asri, dan rumah halaman luas. Semoga bermanfaat!
konsep ruang pada hunian arsitektur